KEPO, knowing every particular object, sebenernya adalaha suatu hal yang sangat bermanfaat, khususnya buat para mahasiswa. Tapi kepo terlalu identik dengan hal-hal mengarah pada keingintahuan tentang orang lain, terlalu ingin tau masalah orang lain, sehingga kita pada suatu titik akan merasa berhak menjudge orang lain setelah cukup kepo dan cukup stalking. Tapi bukan itu. Hari ini setelah mikir-mikir iseng, kepo itu ada manfaatnya. Saya sungguh pengen nulis paper atau karya tulis lagi, pengen banget. Alesan pertamanya sih, pengen menang dan dapet uang. Hahahaha. Tapi selain itu saya pengen lebih belajar tentang ilmu yang sedang saya tekuni, pengen lebih update kalo bisa dibilang. Setelah kemaren baca buku hiromi shinya, saya sadar bahwa semua teori kedokteran nggak ada yang paten. Dulu yang dibilang baik, sekarang bisa dianggap merusak tubuh. Ternyata selama ini saya kurang kepo pada ilmu yang sedang saya pelajari. Saya selama ini sudah punya jiwa kepo, tapi saya selama ini kepo dan stalking pada hal-hal tidak berguna seperti kepo orang karena dengan berita orang itu dari teman, sungguh tidak berguna. Ya itu urusan orang lain, kenapa saya ikut urusin ketika urusan saya belum beres? Terus saya kenapa pengen sok tau ketika orang itu nggak pengen saya tau? Sungguh saya nggak ngerti sifat manusia saya yang satu itu, terlalu perhatian tapi juga salah. Saya pengen kepo saya tuh untuk hal yang baik, yang positif. Mulai dari kepo hal-hal kecil lah misal orang kok bisa diare, kok bisa muntah itu kenapa ada fisiologisnya gimana, serabut saraf apa yang menghantarkan impuls muntah, bagian otak yang mana yang berperan, obat anti muntah itu kerjanya menghambat jalur mana aja. Terus saya juga seharusnya nggak kepo account media sosial orang lain, seharusnya saya rajin kepo-in website-website jurnal dengan liat update terkini, baca medscape seharusnya udah seasyik baca berita gosip atau baca komik. Semua itu memang seharusnya sudah jadi habits saya dari dulu, cuma habits saya selama ini masih melenceng. Terlalu care pada hal nggak penting dan sia-sia, nauzubillah. Padahal saya hafal beberapa lirik lagu hanya dengan satu dua kali dengar, kenapa hafalan al quran masih segitu susah? Padahal nonton sinetron sekali, bisa cerita lagi alurnya, kenapa abis baca guyton nggak bisa resume? MASTER YOUR HABITS!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar