Bukan mau sombong, tapi sudah cukup banyak rutinitas ibadah perhari yang aku lakukan. Mulai dari sholat lima waktu, diiringi berdoa, wirid, dan mengaji, atau bahkan sunnah harian juga dijalankan. Kadang terpikir, apa itu sudah cukup untuk membuatku masuk surga? Lalu teringat kata seorang teman. Wewenang masuk surga itu milik Allah, bukan kita yang tentukan. Inget nggak ada sebuah hadist terkenal bahwa wanita pezina yang masuk surga karena memberi minum anjing tapi ahli tahajjud masuk netaka? Bahkan kalau secara kasat mata tentu melalui ibadah kita, walau ecek-ecek, kita pasti lebih pantas masuk surga. Kenapa? Jelas-jelas dalam Al Quran, pezina diazab oleh Allah SWT. tapi ternyata perbuatan baik si pezina ini kepada anjing lah yang membuat Allah mengapus dosanya, sedangkan sang ahli tahajjud dibiarkan masuk neraka karena menelantarkan kucingnya (hadist bukhari).
Bukan bermaksud untuk menurunkan semangat ibadah tapi makeup call ini jelas sedang menyindir diri sendiri yang "masih" berkutat di masalah procrastinating. Menunda sholat, menunda sedekah, menunda berbuat baik. Astagfirullah, mungkin sedang jauh dari Allah karena iman sedang di level yang buruk. Yang sudah rajin beribadah saja belum tentu bisa masuk surga sedemikian mudah, apalagi diri ini yang imannya naik turun? Berbuat baik pun kadang enggan. Ayo mulai nilai diri sendiri dengan penilaian paling jelek, bukan rendah diri tapi evaluasi sistemik. Lihat apakah kita sudah pantas? Jangan terus melihat ke bawah, untuk urusan amal, tapi lihat ke atas. Sudah pantaskah kita?
Selain itu, stop judging people. Jangan sok menjadi Tuhan. Kita tidak tau hidup seseorang secara keseluruhan, mungkin kita hanya melihat sebagian kecil darinya sehingga kita menilai sesuatu yang buruk tentangnya. Tapi siapa tau dia lebih baik secara amal daripada kita? Siapa tau kita bahkan bukan sandingan dalam urusan amal dengan orang yang sibuk kita hakimi?
Nggak ada kata terlambat dalam kebaikan, dalam suatu hadist pun disebutkan bahwa yang diperhatikan adalah kondisi akhir seorang muslim yaitu siapa yang paling bertakwa pada Allah di akhir masa hidupnya itu yang lebih baik. Masih mau menunda, san? Mau mulai kapan? Kita nggak tau kapan malaikat izrail datang dan mencabut nyawa kita, siapa yang tau kalau besok adalah akhir masa hidup kita tapi kita belum bertakwa sepenuhnya, tentu kerugian hanya datang untuk kita, tidak dibagi dengan sahabat, teman, bahkan keluarga yang kita cintai.
Semoga ini bisa selalu menjadi pengingat diri, menjadi makeup call/menjadi panggilan pada diri sendiri untuk tetap konsisten, insya Allah jadi lebih baik.
Selain itu, stop judging people. Jangan sok menjadi Tuhan. Kita tidak tau hidup seseorang secara keseluruhan, mungkin kita hanya melihat sebagian kecil darinya sehingga kita menilai sesuatu yang buruk tentangnya. Tapi siapa tau dia lebih baik secara amal daripada kita? Siapa tau kita bahkan bukan sandingan dalam urusan amal dengan orang yang sibuk kita hakimi?
Nggak ada kata terlambat dalam kebaikan, dalam suatu hadist pun disebutkan bahwa yang diperhatikan adalah kondisi akhir seorang muslim yaitu siapa yang paling bertakwa pada Allah di akhir masa hidupnya itu yang lebih baik. Masih mau menunda, san? Mau mulai kapan? Kita nggak tau kapan malaikat izrail datang dan mencabut nyawa kita, siapa yang tau kalau besok adalah akhir masa hidup kita tapi kita belum bertakwa sepenuhnya, tentu kerugian hanya datang untuk kita, tidak dibagi dengan sahabat, teman, bahkan keluarga yang kita cintai.
Semoga ini bisa selalu menjadi pengingat diri, menjadi makeup call/menjadi panggilan pada diri sendiri untuk tetap konsisten, insya Allah jadi lebih baik.
" Ya Allah, jadikanlah akhir hidup kami menjadi akhir hidup yang baik. Wallahu waliyyut taufiq"
“Sesungguhnya amalan itu tergantung dari akhirnya.” (HR. Bukhari)
01.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar