Jumat, 27 Desember 2013

Rafli #2

Bahkan salah satu yang terberat adalah melihat adikku sendiri tumbuh remaja. Aku bahkan belum membiasakannya. Aku kira dia akan tetap sama, adik kecil yang nakal, lucu, dan innocent. Tapi kemudian aku terlalu sering menginterferensi kehidupan pribadinya. Mulai senewen menasihatinya lewat bbm, twitter, dan facebook. Hingga akhirnya dia mendelete ku dari list bbm contact hingga memblock di twitter. Aku terlalu khawatir. Aku hanya ingin dia lebih baik dariku. Aku mulai sadar bahwa ia manusia biasa yang akan melewati tahap remaja yang ingin tahu, mainstream, dan terikat kuat pada teman-temannya. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh, mendoakannya dari jauh. Bahkan aku harus berusaha menahan diri untuk tidak terlalu mengatur hidupnya. 
Aku cuma khawatir dek. Paling tidak kita tau posisi kita, siapa kita, kita juga membawa nama keluarga kita, dan masa depan kita nantinya. Mungkin mbak nggak jago bagaimana menyampaikan semua kekhawatiran ini. Atau sebenarnya semua baik-baik saja, hanya gejolak remaja yang normal. Atau amal kita yang sedang lesu sehingga selalu merasa ada yang salah, ada yang kurang, merasa insecure. Inget nggak dek terakhir adek wirid bismillah 1000x? Dulu kita berdua rajin untuk sekedar wirid sebelum tidur diiringi usaha-usaha terbaik kita untuk membahagiakan kedua orang tua kita. Mungkin frekuensi doa kita yang sedang tidak sama sehingga doa-doa kita hanya mengambang di langit. Atau mungkin ini hanya satu di antara ujian-ujian yang harus kita lewati untuk meningkatkan level keimanan kita. Semoga kita bisa melewatinya, semoga ada perubahan yang lebih baik pada diri kita. Semoga apa yang terbaik dari Allah sesuai prasangka kita. Aaamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar