Jumat, 25 April 2014

DAY 4 - SOMEONE I MISS

"Aku bingung ko harus nulis siapa. Terlalu banyak orang yang dikangenin"
"Ya udah satu aja, atau Pak...."
"alm. Pak Wahyudi!" dan pikiran kita sama.


Alm. Pak Wahyudi

Waktu berlalu begitu cepat ketika aku sadar kurang lebih sudah lima tahun beliau telah pergi. Alm. Pak Wahyudi adalah guru kimia SMA paling inspiratif sejagat. Hanya satu setengah tahun beliau mengajarku tapi begitu banyak nilai kehidupan yang beliau berikan. Masih aku ingat bagaimana beliau selalu berusaha membuatku maju ke depan sehingga membuat adrenalin mengalir begitu deras. Apalagi kalau bukan karena mengerjakan soal-soal kimia yang begitu susah. Maksud beliau sederhana, agar kami terpacu untuk belajar. Rasa malas itu diharapkan tergantikan oleh bayangan betapa malunya nggak bisa ngerjain soal di depan kelas dan dikerjain total sama alm. Pak Wahyudi.

Aku yang waktu itu duduk di bangku kelas X masih sebel dengan kimia karena penuh rumus-rumus nggak jelas dan sulit dipahami (kayak kamu.....*gagal fokus) dan selalu berusaha untuk tidak ditunjuk maju ke depan kelas. Tau caranya? Mulai dari menghindari setiap tatapan alm. Pak Wahyudi dengan sok-sok menulis di buku catatan (padahal sih corat coret nggak jelas) atau bahkan berdoa dengan penuh permohonan belas kasihan dari Yang Maha Kuasa "Ya Allah pleaseeee hari ini jangan aku lagi. Cukup Ya Allah, cukuuuuup" dan sejuta cara konyol lainnya. Tapi apa mau dikata, akhirnya paling tidak aku selalu kebagian jatah maju. Mungkin namaku terlalu eye-catching kali ya.

Cara lain untuk menghindari agar nggak ditunjuk maju ke depan adalah ketika beliau menanyakan cita-citaku ingin jadi apa, aku menjawab,

"Mau jadi diplomat Pak"

dan beliau pun akan berkata "Kenapa diplomat?" dan aku nggak bisa menjawab.

Keren aja sih Pak kayaknya, jawabku dalam hati. 

Untuk setahun selanjutnya beliau mengajar di kelasku, lagi. Dan namaku yang terlalu eye-catching selalu menjadi sasaran kembali. Kali ini berdasarkan urutan ketetanggaan. Teman sekelasku, Beryl, seorang jenius matematika, adalah tetangga sebelah rumah. Jadi kalau Beryl maju ke depan, setelah itu pasti aku. Dan Beliau mulai berubah dengan memuji setiap keberhasilan kami mengerjakan soal-soal kimia tersebut, menghargai setiap usaha kami untuk belajar dan menghargai usaha kami untuk on time kami pada jadwal praktikum beliau yang 'agak nyeleneh' dibanding guru-guru yang lain.

Aku ingat, waktu itu aku mendapat "kesempatan" lagi untuk mengerjakan soal kimia di depan kelas. Selesai mengerjakan soal beliau bertanya padaku,

"Sani sekarang cita-citanya mau jadi apa?"

"Jadi dokter Pak" aku menjawab sekenanya karena sepertinya ini jawaban yang beliau inginkan. Beberapa kali beliau menasihatiku bahwa aku cukup baik dalam hafalan.

Dengan raut wajah bangga beliau menjabat tanganku,
"Nah begitu. Nggak sia-sia kamu masuk IPA, IPA 1 lagi. Kamu itu pinter. Semoga sukses ya"

Dan itulah percakapan terakhirku dengan beliau.

Beliau meninggal setengah tahun kemudian ketika sedang beribadah di tanah suci. Air mataku tidak bisa berhenti meleleh ketika mendapatkan sms tentang kabar duka tersebut. Detik itu juga aku sadar bahwa ada seseorang yang menaruh harapan padaku untuk menjadi dokter. Paling tidak ada alasan lain yang menguatkanku untuk bersusah payah belajar mengejar satu kursi di pendidikan dokter.

Pak Wahyudi, saya bersyukur atas anugerah bahwa sekarang saya ada di sini. Kesempatan untuk mengabdi, kesempatan untuk berbagi, dan kesempatan untuk menyelamatkan nyawa orang lain, sungguh anugerah yang begitu besar dari Allah yang tidak lepas dari doa Bapak dulu. Semoga amal jariyah Bapak bisa terus mengalir dengan begitu banyak anak didik Bapak yang sukses. Semoga kita bisa ketemu lagi ya Pak, di surga nanti. Amin.

Lihat:
rudyoneko.blogspot.com
tiarait.wordpress.com

5 komentar:

  1. beliau alm sangat inspiratif. kenangan tak terlupakan itu waktu beliau memutar video tentang prilaku terbang berkelompok yang dilakukan burung (gagak kalau ga salah ya). beliau alm mengajarkan kita kelas XI IPA 1 untuk saling mendukung dan setia-kawan, karena kita tidak bisa sukses sendiri :)

    BalasHapus
  2. T.T
    Dulu pas pertama kali bapaknya masuk kelasku, bapaknya bilang "saya suka dengan percaya diri anda"
    Dulu aku maju habisnya ipat san T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Isssssh katanya mau move on?
      Why you are mentioning his name again, darling?
      Dia-yang-namanya-tidak-boleh-disebut. Mulai dari.....sekarang!
      Jangan abisin waktumu untuk mikirin orang yang kita nggak tau apakah dia mikirin kita apa nggak. (biro konsultasi selanjutnya silahkan mention ke @SWFIRNANDA ya ciiin) :p

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus