Cukup lama meninggalkan 30 days of challenge. Pertama karena speedy di kos mati sehingga keinginan menulis hilang entah ke mana. Kedua karena ada responsi anatomi (ini excuse paling rasional). Ketiga karena minggu lalu pulang ke rumah dan nggak bawa laptop. Dan yang terakhir karena nggak ada usaha buat nulis lagi dan nggak ada usaha cari wifi.
So, here it is! Kalo ngomongin hal-hal yang aku sesali dalam hidup ini pasti banyak. Banyaaak banget. Kalau boleh kembali ke masa lalu, aku pasti mengubah beberapa hal yang aku sesali. Tapi kata Tiara, a lesson without pain is meaningless. Untuk semua kejadian dalam hidup ini, pasti nggak ada yang sempurna, nggak ada yang selalu benar. Ada masa ketika kita salah mengambil pilihan dalam hidup. Dari ketidaksempurnaan itulah kita belajar, dari kesalahan itulah kita belajar. Tapi yang perlu digarisbawahi; jangan sampai kita ulangi kesalahan itu.
Contoh paling nyata adalah ketika ujian. Sering kejadian setiap ujian, “Ini jawabannya apa ya, perasaan tadi malem udah baca materi ini tapi nggak yakin sama jawabannya”. Akhirnya waktu ujian sih milih jawaban A. Pulang dari ujian, saat masih super kepo, akhirnya memutuskan buat cari jawaban soal tadi. Ternyata jawabannya B. Akhirnya rusak total mood hari itu tetapi berhasil bikin inget jawaban soal itu sampai sekarang. Hahahaha.
Aku mencoba berbagi hal-hal yang aku sesali dalam dua puluh tahun terakhir hidupku dan semoga kita bisa sama-sama belajar bahwa kita nggak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki keadaan, the show must go on. Kita harus tetap melanjutkan hidup ini dengan belajar melalui kesalahan-kesalahan di masa lalu itu.
1. Kamu masih setengah-setengah, San
Bukan rahasia lagi, dari awal semester dua aku sudah ingin jadi asisten untuk salah satu laboratorium di fakultas. Niatnya sederhana karena dari mengajarkan ilmu yang kita miliki, ilmu itu akan semakin kita ingat. Ternyata, bukan hanya aku yang menginginkan satu dari sepuluh jas lab warna biru itu. Kalau boleh disesali, salah satu seniorku sudah mengingatkanku untuk belajar lebih giat, dua kali lebih giat dari teman-teman lain jika ingin menjadi asisten di laboratorium itu. Tapi aku selalu menunda waktu untuk belajar materi laboratorium itu. Hingga pada akhirnya aku gagal untuk mendapatkan jas lab warna biru itu. Menyesal? Iya. Saat itu aku Cuma bisa berkata pada diriku sendiri: Usahamu kurang, San. Salah Seniorku pun berkata, “Yang sungguh-sungguh aja kadang nggak dapet, dek. Apalagi yang setengah-setengah?”. Aku berusaha untuk menerima kesalahanku saat itu dan bersyukur bahwa aku punya lebih banyak waktu untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial. Aku juga masih bisa berbagi ilmu bukan hanya melalui asisten laboratorium.
2. Jaket Merah
Jaket merah dengan hoodie itu hilang di stasiun Gubeng, Surabaya. Sudah hampir lima tahun yang lalu. Sebenarnya nggak ada yang spesial dari jaket itu. Yang bikin selalu nyesek adalah karena aku dan Mama baru tau bahwa aku kehilangan jaket itu setelah kami pulang dari Surabaya. Sampai sekarang, setiap ada berpapasan dengan orang yang memakai jaket merah, Mama selalu berkomentar, “Kamu dulu punya jaket merah, Mbak…”
3. Tenis Lapangan
Entah kenapa tiba-tiba nyesel karena dulu meninggalkan tenis lapangan hanya karena alasan ujian nasional. Akhirnya terlupakan begitu saja dan jujur sudah lupa total gimana teknik backhand dan forehand. Padahal dulu benar-benar kerja keras untuk sekedar latihan tenis. Gimana enggak, bulan Ramadhan pun masih sempet latihan rutin sebelum buka puasa.
4. Kalau sekarang masih bergabung dengan debat,
Salah satu hal yang bikin SMA berkesan adalah debat. Berkali-kali meninggalkan pelajaran di kelas cuma untuk karantina debat. Dari pagi sampai sore. Cuma untuk mencari setiap argumen motion dan elaborasinya. Ternyesel adalah karena kuliah nggak melanjutkan debat. Sudah paten nggak bisa pisah dari temen-temen tim debat mungkin salah satu alasannya. Kedua adalah karena dunia debat di kampus lebih “kejam”. Ini salah satu hal yang bikin bersyukur tidak bergabung lagi dengan debat. Kamu bebas menentukan argumenmu hingga mungkin bisa merubah prinsip hidupmu.
5. Absen di acara perpisahan SMA
Salah satu hal terbodoh yang pernah aku lakukan dalam hidup: nggak datang di acara perpisahan SMA. Sampai saat ini, aku selalu merasa konyol kalau ingat alasan kenapa nggak datang di acara terakhir bersama teman-teman SMA itu. Salah satu acara paling sakral untuk mengingat bagaimana tiga tahun itu berlalu dengan indah. Alasannya hanya karena mukaku masih sangat sembab dan berantakan pasca menangis semalaman. Diputusin pacar? Ditolak gebetan? Gebetan jalan sama sahabat sendiri? Di-friendzone-in? Bukan. Karena malam itu tepat pengumuman jalur undangan dan aku belum diterima di universitas yang aku inginkan.
Mungkin memang ibadah amal yaumi ku yang terlalu biasa-biasa saja saat itu untuk ukuran seseorang yang sedang memiliki hajat untuk diterima di universitas idaman. Atau karena habluminannas-ku juga yang buruk: suka membicarakan orang lain, menyakiti hati teman, dan tidak menjaga perkataanku. Entah kenapa rasanya dunia berakhir cuma gara-gara nggak diterima di universitas itu, padahal masih banyak universitas bertebaran di seluruh penjuru tanah air. Selain itu, aku juga sebenarnya sudah diterima di salah satu universitas swasta dengan jurusan yang aku inginkan. Jadi, sebenarnya apa yang kurang?
Aku kurang bersyukur saat itu. Aku enggan melihat ke bawah, terlalu ambisius untuk selalu melihat ke atas. Sekarang pun aku sudah lupa bagaimana aku pernah menangis sampai separah itu. Tapi aku selalu ingat bagaimana aku membuat keputusan yang sangat bodoh untuk tidak datang ke acara perpisahan SMA. Aku selalu ingat bahwa aku masih banyak yang bisa aku syukuri bahkan ketika aku sedih sekali pun. Aku selalu lebih beruntung daripada beberapa orang lain di dunia ini ketika mendapat musibah sekali pun. Karena itu nggak ada apa-apanya dibandingkan kesulitan yang harus dihadapin orang-orang yang hidup dalam keterbatasan. Aku yang terlalu manja.
Dan dari semua hal itu, aku nggak pernah menyesal untuk selalu memprioritaskan tanggung jawab dibandingkan masalah hati selama sembilan tahun terakhir ini. Alhamdulillah aku bisa belajar banyak tentang komitmen, integritas, dan amanah. Mungkin ada beberapa hati yang terluka untuk sikapku yang ini. Tapi lebih baik sakit sebelum dimulai daripada sudah terlanjur dan sulit diakhiri, bukan?
picture source:
comixology.com
pinterest.com
http://nikkisinclairemep.blogspot.ca/
target.com
Lihat:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar