Rabu, 18 Desember 2013

(THE DAY) Dua puluh satu


*PERHATIAN: sebuah entri yang panjang, semoga sabar membaca :)



Hari ini tidak berbeda dari hari-hari yang lain di bulan Desember. Masih sama, hari dengan hujan yang rajin menyapa di sore hari. Hari ini masih sama seperti bulan Desember dari tahun lalu, selalu penuh dengan ujian atau menjelang ujian. Tapi hari ini akan selalu aku ingat secara otomatis dari beberapa hari penting yang ada dalam setahun. Karena dalam penanggalan matahari, hari ini, aku lahir di dunia ini tepat dua puluh satu tahun yang lalu. Aku sengaja tidak mengaktifkan notifikasi ulang tahun pada facebook ku. Mungkin karena tidak ingin ada sesuatu yang terlalu spesial pada hari ini, bukan untuk mendewakan hari ini.

Alhmdulillah, ini tahun kedua puluh satu Allah SWT memberiku anugerah hidup yang luar biasa. Bertambah lagi tahun di mana Allah masih memberi anugerahNya yang tidak terhingga. Tahun ini aku kembali berusaha memaknai perjalanan hidupku. Kalau dalam teori perkembangan psikososial Erikson, tahun ini menandai masuknya aku dalam Fase Young Adulthood. Mungkin aku akan memulai flash back dari awalnya membuka blog ini, yaitu tahun 2010.

Tahun 2010 akhirnya aku mulai menulis lagi di blog, sekedar menandai bahwa aku telah memasuki satu fase lebih tinggi dalam hidupku, SMA. Blog yang awalnya aku tulis tentang kegilaanku yang terselubung terhadap korean pop (fangirl-ing) dan juga celoteh remeh tentang perasaan yang aku rasakan sehari-hari seperti kegalauan menjelang ujian.

Aku berevolusi.

Aku tidak menyangka akhirnya aku tidak segila itu lagi terhadap korean pop. Bagaimana aku sampai bisa secara otodidak memahami hangul (tulisan korea) bahkan berkirim email dengan orang korea, memimpikan singgah ke sana dan juga berusaha menonton setiap konser idola kesukaanku, tidak luput aku membeli merchandise idolaku yang limited edition. Aku gila
Kemudian aku sadar, hidupku bukan untuk idolaku. Aku masih punya mimpi yang harus aku raih dan orang-orang yang aku cintai untuk aku bahagiakan. Bukan untuk idolaku yang bahkan tidak mengetahui eksistensiku. Aku berevolusi. Aku sadar bahwa akan ada saatnya kita mau mengakui kesalahan kita bahwa ada hal-hal yang harus diubah, bahkan prinsip, ketika prinsip itu salah. Kita harus keluar dari zona nyaman ketika sudah mulai berbelok arah.

Aku hanya mengingat beberapa peristiwa dalam hidupku terutama saat aku menjalani masa SMA. Bukan karena SMP atau SD atau masa kecilku yang tidak berarti, tapi banyak turning point yang banyak memberiku pelajaran, hadir di masa SMAku. Yang aku ingat saat masa kecilku adalah aku begitu lekat dengan berenang. Seminggu dua kali dan perlombaan selalu rutin aku ikutin. Bahkan ketika sakitpun, renang menjadi obat bagiku. Aku bisa melawan rasa takutku dengan tetap berenang, bahwa dasar terdalam pun tidak perlu aku takuti karena aku bisa berenang. 

Lalu, masa SMPku. Yang aku ingat, aku suka mendandani profile friendsterku agar terlihat cukup keren dan menarik banyak teman. Aku juga sempat membuat blog ketika duduk di bangku SMP.
Dulu aku pikir menulis di blog sekedar untuk kesenangan pribadi, meninggalkan jejak di lembar maya agar suatu saat aku bisa mengingatnya. Tapi ternyata bukan itu. Blog seorang teman mengingatkan ku bagaimana paling tidak tulisan kita membawa hal positif, bisa menjadi pengingat, dan bermanfaat. Kemudian aku berusaha menulis dengan membubuhi quote-quote favorit atau beberapa nasihat orang tua dan teman dekat. Sehingga suatu saat, saat aku iseng back track isi blog ini, aku kembali diingatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sebulan terakhir ini aku kembali membuka blog lamaku, yang aku tulis ketika aku duduk di bangku kelas dua dan tiga SMP. Aku hanya bisa tersenyum membaca tulisan ala abg ku yang labil dan penuh huruf besar-kecil tak beraturan.

Kemudian aku menyesal telah menghapus akun twitter pertamaku yang kontroversial. Di mana di sana sarat memori yang memberi pelajaran untuk menjaga perkataan. Saat itu, di akun itu, timeline ku penuh nasihat, kalau tidak mau menyebutnya sindiran, kepadaku. Hanya untuk masalah sepele tentang salah nyeletuk, bisa membuat satu kelas memusuhimu. Waktu itu jelas menunjukkanku siapa teman yang sebenarnya, berani mengakui kesalaha dan meminta maaf, serta bagaimana kenyataan pahitpun harus tetap dilewati, bukan dihindari. Aku begitu tersentuh ketika Mama begitu khawatir melihatku menangis begitu parah untuk pertama kalinya karena mungkin aku terlalu dimanja. Aku terlalu dimanja untuk selalu bisa mengubah pilihan hidupku hingga aku tidak harus menjalani kenyataan hidup yang buruk. Hingga akhirnya aku belajar untuk tegar dan life must go on. Alhamdulillah, mereka yang dulu salah paham pun kini bisa menjadi beberapa teman terbaikku.

Selain itu, peristiwa yang aku ingat di masa SMAku tentu banyak, tapi lebih pada aku yang selalu keukeuh pada satu rencana dan yakin akan terwujud. Ternyata, aku harus belajar ikhlas tentang bagaimana aku tidak bisa menentukan segalanya sendiri, aku harus menyertakan Allah dalam semua aspek hidupku. Aku belajar untuk selalu berdoa dengan tambahan "....jika Allah mengijinkan, tunjukkan yang terbaik untukku ya Allah, atau kalau memang ini bukan rezekiku maka ikhlaskan lah aku, jangan biarkan aku suudzon kepadaMu" Aku juga mulai menyamakan frekuensi dengan doa restu orang tuaku dalam setiap doaku, bahkan untuk hal yang remeh. Ketika SMA mungkin aku hanya meminta hal-hal superfisial seperti lulus ujian ini atau menang di lomba itu. Tapi, kini aku berusaha menyamai ibadah apa yang orang tuaku jalani dan doa apa yang mereka panjatkan. Karena aku belajar bahwa jika kita memperbesar satu frekuensi itu, insya Allah semua lebih mudah.

Yang aku tau aku cukup terkesan dengan skill bahasa inggrisku. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar aku selalu bertanya-tanya bagaimana kakak dari temanku bisa menonton film tanpa subtitle atau bahkan dengan subtitle namun dengan bahasa inggris. Bisa mengerti makna lagu dengan sekali dengan. Hal itu tentu membuatku tertantang untuk semakin belajar. Akhirnya saat SMA aku mulai mengerti bagaimana semua rasa penasaranku bekerja. Aku berusaha untuk bisa, ternyata bukan karena itu suatu keajaiban atau karena kita spesial. Namun karena kita mau untuk bisa.

Masa SMAku bukan penuh dengan pelajaran yang aku ambil dari kesalahanku, banyak hal menyenangkan dan menjalin hubungan dengan teman-teman yang inspiratif. Aku bersyukur bisa bertemu teman-teman khususnya dalam debat, yang mengolahku untuk selalu memandang hal dari dua sisi dan belajar mengelaborasi pendapat. Teman-temHingga saat ini, Alhamdulillah, aku masih memiliki mereka.

Untuk tiga tahun yang sangat berkesan, terima kasih. Mungkin kita hanya sekedar pindah ke kelas yang lebih tinggi karena kebanyakan dari kami adalah orang yang sama dari tahun ke tahun. Aku belajar untuk memahami sifat-sifat teman-teman yang memiliki otak di atas rata-rata dan juga pemikiran-pemikiran mereka yang luar biasa. Terima kasih teman-teman perempuan terbaikku dari tahun ke tahun, kalian mengajarkan ku untuk tidak pelit berbagi doa satu sama lain, tidak ada ruginya untuk saling mendoakan teman. Kalian tau? Aku kangen kalian :""" 


Satu tahun ini jelas memberi pelajaran yang sangat berarti
Tahun pertama dipertemukan teman-teman osmaru yang begitu berartinya hingga sekarang. Mereka yang tidak pernah mengenal kata sifat egois, mereka yang selalu hadir untuk kata ganti 'kita'. Mereka yang selalu menahan air mata ini agar tidak mengalir ketika kesulitan melanda, ketika rasa putus asa datang. Terima kasih ya Allah telah menghadirkan mereka dalam hidupku.

Aku ingat bagaimana kemudian aku melihat kakak tingkatku melakukan sirkumsisi di baksos pada tahun pertamaku di bangku kuliah. Aku mengamati dan takjub dibuatnya karena sepertinya hal yang sulit. Kemudian aku merasa tertantang untuk bisa. Rasa was-was selalu ada karena berhubungan dengan nyawa manusia, rasa takut melakukan kesalahan pun pasti ada. Tapi seorang senior berkata "Selalu ada kali pertama dek. Kita nggak akan berkembang jika nggak ada yang namanya pertama kali. Di situ kita belajar dari pengalaman kegugupan kita, tremor kita. Kita harus menantang diri kita sendiri" Lalu aku mulai belajar dari tentiran, menonton video, hingga akhirnya menjadi asisten dua dan naik menjadi asisten satu. Ya, aku berevolusi

Lalu, bertemu dengan teman-teman yang menakjubkan, B16, sungguh salah satu hadiah terindah dari Allah, aku belajar banyak dari teman-temanku ini. Terlalu banyak yang aku ingin ceritakan tentang mereka, tapi kebersamaan kami cukup terwakili dari tulisan di blog salah satu temanku di sini http://dokterberpeci.blogspot.com/2013/06/b16-sejawat-tak-akan-tamat.html

Aku mulai memaknai arti integritas. Bukan saja integritas dalam organisasi. Tapi juga akademik dan spiritual. Aku tidak mau munafik, jelas aku masih banyak celanya. Berkata tentang integritas mungkin bukan kapasitasku, tapi aku berusaha memaknai arti integritas yang selalu menjadi tagline teman-temanku yang suka berorganisasi. Mungkin aku bisa belajar dari hal itu. Integirtas adalah suatu konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung nilai-nilai luhur. Integritas dalam memaknai suatu amanah di organisasi, integritas dalam beribadah (istiqomah) dan integritas dalam akademik untuk tetap belajar dan berkompetisi secara fair. Masih menjadi pe-er terbesarku hingga kini.



Dua tahun berturut-turut beberapa orang terdekat memberi hadiah berupa jilbab. Alhamdulillah, semoga itu doa agar semakin istiqomah diri ini dalam berhijab.
Terima kasih untuk semua yang sudah mendoakan di hari ini. Semoga doa-doa tersebut juga kembali pada teman-teman yang mendoakan. Semoga kita masih di jalan yang sama, menuju pribadi yang terbaik pada akhir hidupnya :')

picture: pinterest.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar