Kamis, 29 September 2016

Refleksi Nasionalisme Nara


source: Tribun News


Nasionalisme adalah hal krusial dengan harga mati yang harus dimiliki seluruh warga negara Indonesia. Klise memang kedengarannya. Tapi kalau bukan kita, warga Indonesia sendiri, siapa lagi? Lepas dari kontroversi mengenai paham nasionalisme yang tidak sesuai kaidah agama islam. Aku lebih memandang nasionalisme sebagai cara menjaga kedaulatan negara Indonesia melalui menjaga persaudaraan antar agama di negara ini. 

Jika nasionalisme ini sudah kadung luntur, ke mana identitas kita? Inilah negara kita, di mana kita tinggal dan kita dilindungi melalui peraturan perundangan dan hukum yang berlaku, sudah sepantasnya kita bangga menjadi bagian dari negara ini. Memupuk nasionalisme masih menjadi PR besar bagi generasi muda saat ini, di mana menjadi dan meniru budaya luar negeri dianggap lebih keren dan lebih sesuai dengan jaman yang modern ini. 



Aku secara pribadi kembali diingatkan kepada masalah nasionalisme ini melalui video yang dishare lebih dari 10.000 kali di facebook. Bintang dalam video tersebut bernama Nara Masista Rakhmatia. Nara merupakan diplomat junior dengan kedudukan sebagai Second Secretary at Permanent Mission of the Republic of Indonesia to the United Nations. Perempuan cantik ini begitu viral berkat pidatonya dalam Sidang Umum PBB ke-71. Dalam video tersebut, Nara membalas pidato yang dilontarkan Presiden Nauru, Presiden Kepulauan Marshall dan empat perdana menteri dari Kepulauan Solomon,Vanuatu, Tuvalu, dan Tonga. 

Pada sidang yang dijadwalkan membahas tentang implementasi SDGs (Sustainable Development Goals), 6 pemimpin negara tersebut menyayangkan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasye Sogavare mengatakan bahwa dugaan pelanggaran hak asasi manusia terkait dorongan untuk memerdekakan diri. 
"Para pemimpin tersebut memilih untuk melanggar piagam PBB dengan mengintervensi kedaulatan negara lain dan melanggar integritas teritorialnya"  
Nara melanjutkan bahwa pernyataan dari pihak ke-enam negara tersebut mencerminkan ketidakpahaman mereka terhadap sejarah situasi saat ini dan perkembangan progresif di Indonesia termasuk di Provinsi Papua dan Papua Barat. Bahkan Nara tidak segan mengulang dan menekankan pernyataannya mengenai intervensi kedaulatan dan pelanggaran integritas teritorial tersebut
Memang secara tersurat, Nara tidak menyangkal ada atau tidaknya pelanggaran hak asasi manusia. Ia hanya menyatakan,"Bapak Presiden, kami tegaskan kembali ada mekanisme domestik di tingkat nasional di Indonesia, pada pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Lepas dari kontroversi mengenai keefektifan mekanisme domestik untuk menangani isu-isu hak asasi manusia di Papua dan Papua Barat, kita diingatkan kembali pada isu-isu penting dalam negeri ini. Bukan malah sibuk mengurusi abg-abg labil yang populer di media sosial. Jangan sampai kita terlena dengan isu murahan yang digunakan untuk mengalihkan perhatian kita. 
Aku pribadi kembali diingatkan bahwa nasionalisme bukan tentang apa warna bendera kita dan di mana kita tinggal. Tapi dengan semangat nasionalisme ini kita secara sadar dituntut menjaga persatuan dan kesatuan negara ini juga kedaulatan negara ini melalui kontribusi kita yang tidak lain berasal dari kompetensi dan spesialisasi yang kita miliki. Coba bayangkan, jika negara ini terpecah belah, bagaimana hak-hak rasa untuk tinggal dengan aman yang kita tuntut bisa terwujud? Aku bukan mahasiswa hukum apalagi seorang negarawan dan ahli politik, namun tidak ada salahnya jika kita memiliki nasionalime bukan?
Video Pidato Nara Masista Rakhmatia

3 komentar:

  1. Kalimat yang di bold itu, bikin merinding.
    Pheww.

    By the way, pengucapan Nara enak banget buat diikutin. Keren lah!

    BalasHapus
  2. paling suka pas pidato terakhirnya yg ttg pepatah itu, saat orang menunjuk dgn jari telunjuknya k orang lain, sebenernya 4 jari lainnya menunjuk k dirinya sendiri hahahahaha.. JLEB bangettt.. :D

    BalasHapus
  3. ih keren ya, kaadng kita banyak yang rasa nasionalismenya berkurang bahkan lagu2 kebangsaan saja ada yang gak hafal

    BalasHapus